Tuan, taukah kamu? Aku mulai berani menulis
tentangmu ketika aku yakin bahwa kamu bukan hanya sekedar obsesi
cintaku, bahwa kamu bukan rasa kagum yang meluap-luap di hatiku. Aku
mulai menulis ini karena aku yakin, rasa sesak yang ada di hatiku ini
adalah rasa cinta yang beradu kencang di dalam dada. Rasa sesak yang aku
rasakan adalah rasa cinta yang selama ini aku pendam.
Kalau Tuan membaca ini pasti Tuan akan
terpingkal-pingkal. Baiklah kalo boleh jujur, semenjak bulan November
lalu Tuan telah membuka hatiku yang terlanjur dikatup oleh seseorang.
Tuan menjadi kunci emas yang sudah siap membuka dan mengetuk daun pintu
yang sudah tertutup rapat. Tuan mulai menggangguku pikiranku, sekelebat
duakelebat Tuan menjadi tamu special yang selalu datang di ruang otakku.
Tuan, aku melihat binar ketulusan dari balik
kacamatamu. Iya, bulan November tahun lalu, saat kita masih melihat film
bersama-sama. Tuan menjemputku dengan mobil merah, membukakan dan
menutup pintu mobil untukku. Tuan tau? gadis kecil yang sering Tuan
panggil Nona ini sangat terkesima dengan perilaku Tuan yang sangat sopan
itu. Jujur saja, belum pernah ada pria yang memperlakukan Nona seperti
itu. Adakah pria manis dengan kulit kecoklatan berkacamata seperti kamu;
selain kamu?
Tapi Tuan, semua itu berubah semenjak bulan
Desember lalu. Tuan telah mempunyai tambatan hatinya sendiri. Rasa sesak
yang ada di dada menjelma menjadi rasa sakit yang dihujam oleh belati
tajam. Nona pun memilih untuk pergi, mengalah untuk menyembuhkan luka
sendirian. Meskipun Tuan tak pernah tau apa yang selama ini Nona rasakan
terhadap Tuan. Apa semua pria di dunia ini seperti itu? Tidak pernah
bisa menerjemahkan keadaan. Bahkan membaca situasi pun tak mampu.
Nona di bulan Januari tak seperti dulu lagi. Nona
memilih untuk diam, diam agar Tuan sadar diri. Diam agar Tuan tahu diri.
Jika Tuan tak bisa menerjemahkan diamku, berarti Tuan benar-benar sudah
kalah. Kalah dalam hal menerjemahkan sebuah keadaan. Perlu Tuan tahu,
satu hal yang diinginkan wanita dari seorang pria yang dicintainya;
mengerti dan memahami. Itu saja.
Tuan, apakah diam yang aku simpan ini akan
mengambang dalam ketidakjelasan? Jangan terlalu mengabaikanku Tuan, aku
takut keadaanku akan berbalik di kamu pada suatu hari nanti. Diamku
bukan hanya sekedar diam, melainkan agar Tuan sadar diri atas kesalahan
yang Tuan perbuat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar