Senja bagai cinta yang temaram bagiku. Aku
mencintainya.
Aku lahir di pagi hari. Tapi rapuh.
Aku mudah jatuh dan pecah.
Aku hanya mengandalkan daun sebagai tempatku
bertahan.
Senja bagai rona keindahan bagi langit.
Aku tak pernah menemuinya, karena dia lahir
aku sudah tiada, aku sudah pecah dan jatuh.
Senja bagai kolase kegembiraan yang hangat.
Aku mencintainya. Aku selalu berusaha
bertahan demi melihatnya.
Namun, apa daya aku hanya ditakdirkan sebagai
embun. Umurku tidak panjang dan rapuh.
Lalu purnama telah mengambilnya. Mengambil
hati senja yang jingga.
-FNS-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar