Kutanggalkan kain
lusuh berganti kain tebal yang mewah dengan segala kotorannya.
Ketika musim dingin
menjadi sebuah momok bagi tubuh, kemudian kututup jiwa-jiwa yang berseteru
dalam kalbu.
Hati menjerit meminta
pertolongan-Mu.
Mendadak terasa:
betapa miskinnya hati dengan segala kekosongannya.
Di luar pun terdengar
suara meronta-ronta kepanasan, padahal ini musim dingin.
Dari celah-celah
jendela hijau, rintihan napas terengah-engah.
Aku yang terbaring di
dipan tua itu, letih sekali.
Terhenyak dalam mata
terpejam: kuhitung hutang-hutangku pada-Mu.
Kusebut berulang
nama-Mu dalam rintihan tetes air mata yang jatuh.
Masih pantaskah hamba
menangis pada pucuk akhir yang akan habis?
Kain-kain lusuh pun
sudah kutanggalkan sudah lama.
-FNS-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar