Anak-anak awan, anak-anak zaman.
Mereka terlahir pelan-pelan dan tumbuh bagaikan
hujan rintik menjadi hujan lebat.
Anak-anak awan tumbuh bagaikan mendung yang
mengumpal lalu menghasilkan setitik demi titik menjadi hujan yang turun dengan pelan.
Sebuah tata warna dalam kehidupan, Ia menghempas
kolase kepedihan, mengrayangi kebahagiaan melalui panjatan tebing yang dibangun
tinggi oleh kekuasaan.
Mereka panjati tebing kekuasaan yang di dalamnya
sudah miskin keadilan.
Tikus-tikus memakan keju yang seharusnya mereka
bagi kepada anak awan, hak mereka.
Balon-balon ia terbangkan sebagai bentuk kebebasan
para penjilat kekuasaan.
Anak-anak awan seharusnya tumbuh disertai pelangi,
tetapi pelangi tak kunjung mereka jembatani karena petir sudah menggantikannya.
Hak-hak anak-anak awan telah dirampas oleh tikus
yang serakah.
Kita tak hanya mencintai langit, seharusnya kita
juga mencintai awan.
Bagaianakah langit akan tampak indah jika tanpa
awan?
Bagaimanakah bangsa tanpa anak-anak penerus jika
mereka tak dapatkan hak-haknya untuk belajar?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar