Selasa, 04 Juni 2013

Anak-anak Awan



Anak-anak awan, anak-anak zaman.
Mereka terlahir pelan-pelan dan tumbuh bagaikan hujan rintik menjadi hujan lebat.
Anak-anak awan tumbuh bagaikan mendung yang mengumpal lalu menghasilkan setitik demi titik menjadi hujan yang turun dengan pelan.

Sebuah tata warna dalam kehidupan, Ia menghempas kolase kepedihan, mengrayangi kebahagiaan melalui panjatan tebing yang dibangun tinggi oleh kekuasaan.
Mereka panjati tebing kekuasaan yang di dalamnya sudah miskin keadilan.
Tikus-tikus memakan keju yang seharusnya mereka bagi kepada anak awan, hak mereka.
Balon-balon ia terbangkan sebagai bentuk kebebasan para penjilat kekuasaan.

Anak-anak awan seharusnya tumbuh disertai pelangi, tetapi pelangi tak kunjung mereka jembatani karena petir sudah menggantikannya.
Hak-hak anak-anak awan telah dirampas oleh tikus yang serakah.

Kita tak hanya mencintai langit, seharusnya kita juga mencintai awan.
Bagaianakah langit akan tampak indah jika tanpa awan?
Bagaimanakah bangsa tanpa anak-anak penerus jika mereka tak dapatkan hak-haknya untuk belajar?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar